Kamis, 28 April 2016

HAK-HAK PEREMPUAN


Al-Quran berbicara tentang perempuan dalam berbagai ayatnya. Pembicaraan tersebut menyangkut berbagai sisi kehidupan. Ada ayat yang berbicara tentang hak dan kewajibannya, ada pula yang menguraikan keistimewaan-keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah agama atau kemanusiaan.
Secara umum surah Al-Nisa' ayat 32, menunjuk kepada hak-hak perempuan:
Bagi lelaki hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya dan bagi perempuan hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa hak yang dimiliki oleh kaum perempuan menurut pandangan ajaran Islam.

Hak-hak Perempuan dalam Memilih Pekerjaan

Kalau kita kembali menelaah keterlibatan perempuan dalam pekerjaan pada masa awal Islam, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Islam membenarkan mereka aktif dalam berbagai aktivitas. Para wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam ataupun di luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan lembaga pemerintah maupun swasta, selama pekerjaan tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.

Secara singkat, dapat dikemukakan rumusan menyangkut pekerjaan perempuan yaitu bahwa "perempuan mempunyai hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut".

Pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi cukup beraneka ragam, sampai-sampai mereka terlibat secara langsung dalam peperangan-peperangan, bahu-membahu dengan kaum lelaki. Nama-nama seperti Ummu Salamah (istri Nabi), Shafiyah, Laila Al-Ghaffariyah, Ummu Sinam Al-Aslamiyah, dan lain-lain, tercatat sebagai tokoh-tokoh yang terlibat dalam peperangan. Ahli hadis, Imam Bukhari, membukukan bab-bab dalam kitab Shahih-nya, yang menginformasikan kegiatan-kegiatan kaum wanita, seperti Bab Keterlibatan Perempuan dalam Jihad, Bab Peperangan Perempuan di Lautan, Bab Keterlibatan Perempuan Merawat Korban, dan lain-lain.

Di samping itu, para perempuan pada masa Nabi saw. aktif pula dalam berbagai bidang pekerjaan. Ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti Ummu Salim binti Malhan yang merias, antara lain, Shafiyah bin Huyay196 --istri Nabi Muhammad saw. Ada juga yang menjadi perawat atau bidan, dan sebagainya.

Dalam bidang perdagangan, nama istri Nabi yang pertama, Khadijah binti Khuwailid, tercatat sebagai seorang yang sangat sukses. Demikian juga Qilat Ummi Bani Anmar yang tercatat sebagai seorang perempuan yang pernah datang kepada Nabi untuk meminta petunjuk-petunjuk dalam bidang jual-beli. Dalam kitab Thabaqat Ibnu Sa'ad, kisah perempuan tersebut diuraikan, di mana ditemukan antara lain pesan Nabi kepadanya menyangkut penetapan harga jual-beli. Nabi memberi petunjuk kepada perempuan ini dengan sabdanya:

Apabila Anda akan membeli atau menjual sesuatu, maka tetapkanlah harga yang Anda inginkan untuk membeli atau menjualnya, baik kemudian Anda diberi atau tidak. (Maksud beliau jangan bertele-tele dalam menawar atau menawarkan sesuatu).

Istri Nabi saw., Zainab binti Jahsy, juga aktif bekerja sampai pada menyamak kulit binatang, dan hasil usahanya itu beliau sedekahkan. Raithah, istri sahabat Nabi Abdullah ibn Mas'ud, sangat aktif bekerja, karena suami dan anaknya ketika itu tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga ini.197 Al-Syifa', seorang perempuan yang pandai menulis, ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a. sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah.198

Demikian sedikit dari banyak contoh yang terjadi pada masa Rasul saw. dan sahabat beliau menyangkut keikutsertaan perempuan dalam berbagai bidang usaha dan pekerjaan. Di samping yang disebutkan di atas, perlu juga digarisbawahi bahwa Rasul saw. banyak memberi perhatian serta pengarahan kepada perempuan agar menggunakan waktu sebaik-baiknya dan mengisinya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat. Dalam hal ini, antara lain, beliau bersabda:

Sebaik-baik "permainan" seorang perempuan Muslimah di dalam rumahnya adalah memintal/menenun. (Hadis diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dari Abdullah bin Rabi' Al-Anshari).

Aisyah r.a. diriwayatkan pernah berkata: "Alat pemintal di tangan perempuan lebih baik daripada tombak di tangan lelaki."

Tentu saja tidak semua bentuk dan ragam pekerjaan yang terdapat pada masa kini telah ada pada masa Nabi saw. Namun, sebagaimana telah diuraikan di atas, ulama pada akhirnya menyimpulkan bahwa perempuan dapat melakukan pekerjaan apa pun selama ia membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma-norma agama dan susila tetap terpelihara.

Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk kaum wanita, mereka mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan jabatan tertinggi. Hanya ada jabatan yang oleh sementara ulama dianggap tidak dapat diduduki oleh kaum wanita, yaitu jabatan Kepala Negara (Al-Imamah Al-'Uzhma) dan Hakim. Namun, perkembangan masyarakat dari saat ke saat mengurangi pendukung larangan tersebut, khususnya menyangkut persoalan kedudukan perempuan sebagai hakim.

Dalam beberapa kitab hukum Islam, seperti Al-Mughni, ditegaskan bahwa "setiap orang yang memiliki hak untuk melakukan sesuatu, maka sesuatu itu dapat diwakilkannya kepada orang lain, atau menerima perwakilan dari orang lain". Atas dasar kaidah itu, Dr. Jamaluddin Muhammad Mahmud berpendapat bahwa berdasarkan kitab fiqih, bukan sekadar pertimbangan perkembangan masyarakat kita jika kita menyatakan bahwa perempuan dapat bertindak sebagai pembela dan penuntut dalam berbagai bidang.199

Catatan kaki
196 Ibrahim bin Ali Al-wazir, Dr., 'Ala Masyarif Al-Qarn. Al-Khamis 'Asyar, Kairo, Dar      Al-Syuruq 1979, h. 76.
197 Lihat biografi para sahabat tersebut dalam Al-Ishabat fi Asma' Al-Shahabat, karya   Ibnu Hajar, jilid IV.
198 Muhammad Al-Ghazali, op.cit., h. 134.

199 Jamaluddin Muhammad Mahmud, Prof. Dr., op.cit., h. 71.

KHUTBAH JUM'AT TENTANG MA’RIFATULLAH


االْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَفَضَّلَهُ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ بِالْإِنْعَامِ وَالتَّكْرِيْمِ، فَإِنِ اسْتَقَامَ عَلى طَاعَةِ اللهِ اسْتَمَرَّ لَهُ هذَا التَّفْضِيْلُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَإِلاَّ رُدَّ فِي الْهَوَانِ وَالْعَذَابِ الْأَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَهُوَ الْخَلاَّقُ الْعَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهِدَ لَهُ رَبُّهُ بِقَوْلِهِ: {وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمِ} صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ سَارُوْا عَلَى النَّهْجِ القَوِيْمِ وَالصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ   . أَمَّا بَعْدُ؛

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan manusia dalam sebaik-sebaik bentuk dan melebihkannya dengan berbagai keutamaan dari makhluk lainnya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah Subhanahu wa Ta’ala curahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berjalan di atas petunjuknya.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah,

وَلَـئِن سَـاَلـتَـهُـمْ مَـنْ خَـلَـقَ السَّـمـوَاتِ وَالاَرْضَ وَسَـخَّرَ الشَّـمْسَ وَالـقَـمَـرَ لَـيَـقُـولُـنَّ الله فَـاَنى بُـؤفَـكُــونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?’ Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah’. Maka betapakah mereka dapat dipalingkan dari jalan yang benar” (QS Al-Ankabut: 61).

Sebagai seorang muslim, kita selalu diarahkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah agar senantiasa meningkatkan makrifat atau pengenalan diri kita kepada Dzat Pemelihara alam semesta, Allah swt. Bermakrifat kepada Allah merupakan salah satu bagian dari ibadah /yang paling mulia dan luhur bagi setiap muslim. Mengenal Allah dengan makrifat yang sempurna merupakan pondasi yang teramat kokoh bagi seluruh keyakinan dan kehidupan rohani seseorang.
Dan jangan sekali-kali kita merasa cukup dengan pemahaman dan pengenalan kita terhadap Allah. Karena, semakin memahami dan mengenaliNya kita merasa semakin dekat denganNya. Selain itu, dengan pengenalan yang lebih dalam lagi, kita bisa terhindar dari pemahaman-pemahaman yang keliru tentang Allah dan kita terhindar dari sikap-sikap yang salah terhadap Allah.
Ketika kita membicarakan makrifatullah, maknanya kita berbicara tentang Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Quran adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Kata Ilah mengandung arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga sebagai sumber pengharapan. Makna seperti ini ada di dalam surat An-Naas (114): 1-3.
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ١  مَلِكِ ٱلنَّاسِ ٢  إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ٣
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Sembahan manusia”
Dengan demikian jelaslah bahwa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan mengenal Allah adalah bagian terpenting di dalam hidup ini. Lantas, bagaimana metoda yang harus kita tempuh untuk bisa mengenal Allah? Apa saja halangan yang senantiasa menghantui manusia dari mengenalNya? Benarkan kalimat yang mengatakan, Kenalilah dirimu niscaya engkau akan mengenali Tuhanmu. Dari pengenalan diri sendiri, maka ia akan membawa kepada pengenalan (makrifah) yang menciptakan diri, yaitu Allah. Ini adalah karena pada hakikatnya makrifah kepada Allah adalah sebenar-benar makrifah dan merupakan asas segala kehidupan rohani.
Setelah makrifah kepada Allah, akan membawa kita kepada makrifah kepada Nabi dan Rasul, makrifah kepada alam nyata dan alam ghaib dan makrifah kepada alam akhirat.

Jamaah jum’ah rahimakumullah,
Dalam Islam, orang-orang yang “berani” melanggar ketentuan Allah, apakah itu shalat, puasa, atau zakat, dalam beberapa kasus hal itu disebabkan lantaran mereka belum ma’rifah kepada Allah dalam arti sesungguhnya. Ini mirip dengan kisah orang-orang kafir Quraisy pada masa Rasulullah Saw. yang apabila ditanyakan kepada mereka siapa yang menurunkan hujan dari langit dan yang menumbuhkan pepohonan dari bumi, mereka akan menjawab Allah. Tapi, bila mereka diperintahkan untuk meng-Esa-kan Allah dan menjauhi penyembahan berhala, mereka akan mengatakan bahwa penyembahan berhala yang mereka lakukan adalah warisan budaya leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan.

فَـاعـْلَـمْ اَنــَّـه لاَاِلــهَ اِلاَّ اللهُ وَاسْـتَـغْـفِـرْ لِـذَنـبِـكَ وَلِـلمُـؤمِـنِـيْنَ وَالمــُؤمِـنتِ وَاللهُ يَـعْـلَـمُ مُـتَـقَـبَّـلَـكُـمْ وَمَـثْوـكُـمْ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tempat tinggalmu” (QS Muhammad: 19).
Dalam ayat ini, Allah Swt. menggunakan fi’il amr (kata kerja perintah) yang berarti wajib setiap Muslim untuk ma’rifah kepada Allah.
Mari kita resapi sebuah teladan tentang ma’rifatullah seorang anak manusia. Ketika menuruni sebuah lembah, Umar bin Khaththab yang ditemani salah seorang sahabatnya bertemu dengan seorang anak yang tengah menggembalakan ratusan ekor kambing milik tuannya. Umar ingin menguji ma’rifatullah anak tersebut dengan medesaknya agar mau menjual seekor saja dari kambing gembalaannya. “Juallah kepadaku salah seekor kambing yang engkau gembalakan itu,” pinta Umar. “Aku tidak berhak menjualnya, karena kambing-kambing itu milik tuanku,” jawab si penggembala. “Katakan saja pada tuanmu bahwa salah seekor kambing hilang diterkam srigala,” uji Umar. Dengan tegas si penggembala berkata, “Aku bisa saja mengatakan salah seekor kambing milik tuanku hilang atau mati diterkam srigala. Mungkin ia akan mempercayai alasanku, tapi bagaimana dengan Allah? Bukankah Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui?” Mendengar jawaban itu, Umar menangis terharu. Lalu beliau membebaskan penggembala itu dengan cara menebusnya.
Seperti itulah seharusnya orang yang mengaku ma’rifah kepada Allah.
Imam Ghazali menyatakan bahwa ma’rifah adalah sebuah tingkatan kecerdasan, yaitu mengumpulkan dua atau lebih informasi untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Dan dari kesimpulan itulah muncul tindakan atau sikap. Bukan ma’rifah namanya bila apa yang diketahuinya tidak menghasilkan tindakan. Seseorang yang mengaku mengenal Allah, tapi tidak menghasilkan ketundukkan, ketaatan, loyalitas, dan penghambaan kepada Allah, sesungguhnya dia berlum ma’rifah kepada Allah.
Perhatikanlah! Orang yang ma’rifah kepada Allah meyakini bahwa setiap gerak langkahnya, ucapannya, dan getaran hatinya selalu diawasi oleh Allah, karena Allah Maha Melihat dan Maha Mengawasi. Semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di malam kelam tak luput dari pengawasan-Nya. Sehelai daun kering yang jatuh dari pohonnya di tengah hutan belantara tak lepas dari perhitungan-Nya. Sebutir debu yang diterbangkan angin di tengah padang pasir yang luas ada dalam kuasa-Nya. Deburan ombak di tengah samudera ada dalam genggaman-Nya.

هُـوَ الَّذِيْ خَـلَـقَ السَّـمَـوَاتِ وَالاَرْضَ فِيْ سِـتَـةِ اَيــَّامٍ ثُـمَّ اسْـتَـوَى عَـلَى الاَرش يَـعْـلَـمُ مَـا يَـلِـجُ فِـى الاَرضِ وَمَـا يَـخْـرُجُ مِـنهَـا وَمَـا يَـنْـزِلُ مِـنَ السَّـمَـآءِ وَمـَا يَـعْـرُجُ فِـيْـهَـا وَهُـوَ مَـعَـكُـمْ اَيـنَ مَـا كُـنـتُـمْ وَاللهُ ِبمَـا تَـعْـمَـلُونَ بَصِيرٌ
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan segala apa yang keluar daripadanya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadannya. Dan Dia besamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa kamu kerjakan” (QS Al-Hadid: 4).

Jamaah jum’ah rahimakumullah,
Ma’rifatullah semestinya melahirkan rasa cinta dan ketergantungan kepada Allah. Ma’rifatullah seharusnya memunculkan berbagai macam harapan, kiranya Allah mempertahankan dan menambah semua nikmat dan karunia yang telah Ia berikan.
Ma’rifah kepada Allah dapat kita lakukan dengan cara memikirkan dan menganilisis semua ciptaan Allah di jagat raya ini. Rasulullah Saw. bersabda,
تَـفَـكَّـرُوا فِى الخَــلْـقِ اللهِ وَلاَ تَـفَـكَّـرُوا فِـى ذَاتِ اللهِ
“Pikirkanlah ciptaan-ciptaan Allah, dan jangan pikirkan tentang Dzat Allah.”

Al-Qur`an banyak mendorong kita untuk mendayagunakan potensi akal kita untuk mengenal Allah.

سَنُـرِيـهِـمْ ايـتِـنَـا فِـى الافَـاقِ وَفِـى اَنـفُـسِـهِـمْ حَـتَّى يَـتَـبَـيَّـنَ لَـهُـمْ اَنــَّهُ الحــَقُّ اَوَلَـمْ يَـكْفِ بِـرَبِّكَ اَنــَّهُ عَـلَى كُـلِّ شَـيْـئٍ شَـهِـيْـدٌ
“Kami telah memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu adalah benar. Dan apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS Fushshilat: 53).

Sementara itu, kebodohan (jahl), kesombongan (takabbur), penyimpangan, dan kezaliman adalah penyakit-penyakit yang dapat menghambat seseorang untuk ma’rifah kepada Allah. Jauhilah sifat-sifat tersebut. Semoga Allah menjernihkan hati dan pikiran kita dan menjauhkan diri kita dari penyakit-penyakit yang dapat menghambat proses ma’rifah kita kepada Allah. Wallahu a’lam bishshawab.

Khutbah 2
 إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتًهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ .وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ سَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ؛
 إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ .رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآإِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآإِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ    لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
 .وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَقِمِ الصَّلاَةَ


HAKIKAT PROFESI GURU DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL


Profesi guru dapat diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif (Webstar, 1989). Maksudnya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Sedangkan professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemajiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaaan pengetahuan khusus yang mmendalam, seperti bidang hokum, militer, kependidikan, keperawatan dan sebagainya. Pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memeperoleh pekerjaan lain (Nana Sudjana, 1988 dalam Usman, 2005).
Profesi biasanya berkaitan dengan mata pencaharian seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang ditekuni unutk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna.
Guru yang professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang diperesyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan professional, baik yang bersifat pribadi, social, maupun akademis. Dengan kata lain, guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Suatu pekerjaan professional memerlukan persyaratan khusus, yakni: (1) menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Moh. Ali, 1985).
Guru professional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar.
Pemerintah melalui presiden sudah mencanangkan guru sebagai profesi pada tanggal 2 Desember 2004. Guru sebagai profesi dikembangkan melalui: (1) system pendidikan; (2) system penjaminan mutu; (3) system manajemen; (4) system remunerasi; dan (5) system pendukung profesi guru.
Kegiatan pengembangan profesi guru adalah pengamalan keterampilan guru untuk meningkatkan mutu belajar mengajar, atau menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan. Upaya yang telah dilaksanakan oleh Depdiknas dalam rangka memotivasi guru untuk melaksanakan pengembangan profesi antara lain:
1. Menetapkan pedoman penyusunan karya ilmiah dan jenis pengembangan profesi lainnya;
2. Melaksanakan pelatihan kepada guru-guru senior agar mampu menyusun karya tulis ilmiah;
3. Menhimbau perguruan tinggi dan Pembina guru serta widyaiswara untuk membantu guru dalam menyusun karya tulis ilmiah;
4. Menghimbau guru agar mau melaksanakan pengembangan profesi (karya tulis ilmiah) sejak dini (sebelum mencapai Gol.IV/a);
5. Menghimbau guru agar memilih jenis pengembangan profesi yang dikuasai oleh guru.
Pengembangan profesi yang menekankan kepada kemampuan guru dalam membuat karya tulis ilmiah kini semakin penting dan perlu. Hal ini disebabkan di samping karya tulis ilmiah dijadikan unsur dalam kenaikan pangkat atau golongan, juga dipergunakan dalam sertifikasi guru.
Kata professional memiliki beragam definisi, yaitu: menurut sosiolog, memiliki konotasi simbolik berisi nilai. Profesi ialah istilah yang merupakan model bagi konsepsi pekerjaan yang diinginkan. Istilah ideologis ini dipakai sebagai kerangka acuan bagi usaha suatu pekerjaan dalam meningkatkan statusnya, ganjaran dan kondisi pekerjaannya.
Menurut Glenn Langford, criteria profesi mencakup: (1) upah; (2) memiliki keterampilan dan pengetahuan; (3) memiliki rasa tanggungjawab dan tujuan; (4) mengutamakan layanan; (5) memiliki kesatuan; (6) mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya. Criteria-kriteria di atas saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, rusak atau hilang salah satu criteria maka suatu pekerjaan tidak dapat dikategorikan professional.
Jika kita kaitkan pekerjaan guru dengan kriteia-kriteria di atas, apakah sudah termasuk professional ? atau sebatas jargon ?, bebereapa ahli berpendapat bahwa pekerjaan guru adalah sebuah profesi, akan tetapi masih ada sebagian pakar mempertanyakan profesi guru suatu jargon, sebab pekerjaan guru sering dilihat dari sebelah mata dan dinina bobokkan dengan pangkat guru pahlawan tanpa jasa, tanpa menghiraukan problem yang dihadapi guru, yaitu meningkatkan kualitas, kesejahteraan dan diskriminasi guru.
Penggunaan istilah professional yang menunujukkan suatu pekerjaan pelayanan jasa kepad masyarakat, layanan jasa ini diberikan kepada seseorang yang membutuhkan . seperti dokter, guru, pengacara, akuntan dan sebagainya.
Guru sebagai pendidik adalah tenaga professional sebagaimana dalam UU Sistem Pendidikan Nasonal nomor 20 tahun 2003, bab XI, pasal 39, ayat 2 bertugas merencanakan dan melaksankan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, cet. 2, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, edisi 1-4, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, edisi 1-3, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.

MERAIH AMPUNAN ALLAH


Segala puji bagi Allah SWT, Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Penerima taubat. Shalawat dan slam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta shabat-sahabat beliau.
Kata taubat berasal dari kata tawaba, yang berarti kembali. Seseorang disebut kembali bila dia menjauhi semua perbuatan dosa. Artinya, kembali kepada Allah dengan melepaskan semua keterkaitan hati dari dosa dan kembali pada perintah Allah.

Kata taubat dan pengertiannya telah disebutkan kurang lebih 85 kali dalam al-Qur’an al_karim. Allah telah menjelaskan taubatumat-umat terdahulu, balasan dan pahalanya serta hukuman bagi orang-orang yang tidak mau bertaubat.

Dalam Islam, taubat bukan jalan yang sulit ditempuh oleh seorang hamba, sehingga harus mengeluarkan tenaga dan harta yang dimiliki. Namun sebaliknya, taubat merupakan jalan yang mudah ditempuh. Pintunyapun terbuka bagi siapa saja yang menghendakinya. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ مِنْ قِبَلِ الْمَغْرِبِ لَبَابًا مَسِيْرَةُ عِرْضِهِ أَرْبَعُوْنَ عَامًا, أَوْ سَبْعُوْنَ سَاعَةً، فَتَحَهُ اللهُ لِلتَّوْبَةِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، فَلَا يُغْلِقُهُ حَتَّى تَطْلَعَ الشَّمْسُ مِنْهُ.
Dari Shafwan bin Assal ra, dari Nabi SAW, belaiau bersabda: “sesungguhnya di sebelah barat terdapat sebuah pintu yang lebarnya sejauh perjalanan 40 atau 70 tahun, Allah SWT membuka pintu itu pada saat menciptakan langit dan bumi untuk menerima taubat. Kemudia Allah tidak menutupnya sampai matahari terbit dari sebelah barat.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Baihaqi dan lafadz ini merupakan riwayat imam Baihaqi. At Tirmidzzi mengatakan hadits ini hasan shahih.

Maa syaa Allah, betapa besar kasih sayang Allah kepada hambaNya.

Hadirin Rahimakumullah
Dalam menjalani hidup yang penuh senda gurau ini kita perlu hati-hati dalam bersikap dan berututr kata bahkan melakukakuan hal-hal lain. Agar kita mampu menghindari dari dosa-dosa kecil hingga besar.

Untuk melangkah kepada taubat yang haqiqi, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan:
Pertama, beriman kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Tidak menyekutukannya dengan apapun  (syirik), juga harus memiliki rasa takut kepadaNya. Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi SAW, bahwa Allah SWT berfirman:

وَعِزَّتِيْ، لَا أَجْمَعُ عَلَى عَبْدِيْ خَوْفَيْنِ وَأَمَنَيْنِ، إِذَا خَافَنِيْ فِي الدُّننْيَا أَمَّنْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا أَمَّنَنِيْ فِي الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ فِي الآخِرَةِ
“Demi kemuliaanKu! Aku tidak akan mengumpulkan pada hambaKu dua rasa takut dan dua rasa aman; apabila ia takut kepaKu di dunia maka Aku beri keamanan di hari kiamat; dan bila merasa aman dariKu di dunia, maka Aku berikan rasa takut di akhirat.” Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam shahihnya

Kedua, bertaqwa dengan sungguh-sungguh. Artinya bukan taqwa hanya ketika butuh. Sementar saat mereka tidak butuh pertolongan, mereka ingkar dan durhaka pada Allah. Untuk itu, orang yang hendak bertaubat harus memiliki ketaqwaan yang sebenar-benarnya. Sebagaimana Allah befirman dalam surat Ali Imran ayat 102:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Ketiga, meyakini sepenuhnya bahwa Allah Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Percaya sepenuh hati bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa yang disengaja maupun yang tidak disengaja yang kecil maupun yang besar. Sebab taubat tidak akan mendatangkan manfaat jika dibarengi dengan dengan keyakinan akan kemurahan Allah. Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 53:

۞قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ٥٣
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dan keempat, harus benar-benar menyesali semua perbuatan dosa yang pernah dikerjakan juga diiringi doa dengan meminta ampunan kepada Allah. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 186:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

wallahu a'lam bi al-showaab