Selasa, 03 Oktober 2017

FILOSOFI KATA ILMU

Sering sekali kita mendemgar dan berucap kata ilmu. Kata ilmu sudah menjadi kata baku yang berasal dari bahasa Arab. Yakni alima ya'lamu ilman yang memiliki arti pengetahuan, pengenalan, penemuan dan kesadaran.

Manusia pertama yang mendapat ilmu adalah Nabi Adam a.s. beliau diajarkan nama-nama benda oleh Allah kemudian beliau diperintahkan Allah untuk menyebutkan nama-nama itu kepada MalaikatNya.

Allah SWT berfirman:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” (Q.S. Al-Baqarah, Ayat 31)

قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (Q.S. Al-Baqarah, Ayat 32)
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ ۖ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (Q.S. Al-Baqarah, Ayat 33)

Dengan ilmu manusia mampu menguasai dunia. Bahkan Allah menantang untuk melintasi langit. Akan tetapi mereka tidak akan bisa, kecuali dengan sulton (kekuatan). Sebagaimana Firman Allah SWT:
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).” (Q.S. Ar-Rahman, Ayat 33)

Ibnu Katsir menafsirkan bahwa “manusia tidak akan dapat melarikan diri dari perintah Allah dan takdir¬Nya, bahkan Dia meliputi kalian dan kalian tidak akan mampu melepaskan diri dari hukum-Nya, tidak pula membatalkan hukum-Nya terhadap kalian, ke mana pun kalian pergi selalu diliput. Dan ini menceritakan keadaan di Yaumul Mahsyar (hari manusia dihimpunkan); sedangkan semua malaikat mengawasi semua makhluk sebanyak tujuh saf dari semua penjuru, maka tiada seorang pun yang dapat meloloskan diri,
{إِلا بِسُلْطَانٍ}
kecuali dengan kekuasaan. (Ar-Rahman: 33) 
Yaitu dengan perintah dari Allah.”

Akan tetapi tidak semua ilmu dapat menguasai akhirat. Kecuali ilmu yang bermanfaat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i]

Ilmu yang diperoleh manusia hanyalah sedikit. Dengan demikian janganlah takabur dengan ilmu yang kita pelajari.
Allah SWT berfirman :
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Q.S. Luqman, Ayat 27)

Kalimat tujuh laut hanyalah mengandung makna mubalagah, bukan dimaksudkan pembatasan, bukan pula menunjukkan pengertian bahwa ada tujuh lautan di dunia ini sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang menukil dari berita israiliyat yang tidak dapat dibenarkan dan tidak pula didustakan. (Tafsir Ibnu Katsir)

‘Ain
Secara fisik, huruf hijaiyaj ‘ain  berbentuk seperti mulut yang terbuka kecuali ketika huruf tersebut berada di tengah/akhir kata. Artinya, penuntut ilmu harus seperti ‘ain yang selalu terbuka untuk mempelajari berbagai ilmu, baik ilmu umum maupun ilmu agama. Seperti halnya ilmuwa Islam dahulu, mereka tidak hanya memiliki kemampuan di satu bidang. Banyak ilmu yang mereka tekuni, mereka pelajari, bahkan setiap satu ilmu mereka memiliki banyak guru. Di antaranya adalah Ibnu Sina. Beliau menekuni berbagai bidang ilmu. Yaitu, ilmu Qur'an, fiqih, tasawuf, fisika, dan kedokteran. Maa syaa Allah.

Untuk itulah, menuntut ilmu itu merupakan pertolongan dalam kehidupan.

Rasulullah SAW bersabda.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ أَنَا عَاصِمُ بْنُ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ
قَدِمَ رَجُلٌ مِنْ الْمَدِينَةِ إِلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ وَهُوَ بِدِمَشْقَ فَقَالَ مَا أَقْدَمَكَ أَيْ أَخِي قَالَ حَدِيثٌ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَمَا قَدِمْتَ لِتِجَارَةٍ قَالَ لَا قَالَ أَمَا قَدِمْتَ لِحَاجَةٍ قَالَ لَا قَالَ مَا قَدِمْتَ إِلَّا فِي طَلَبِ هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِمِ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ لَمْ يَرِثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرِثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَاصِمِ بْنِ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ أَقْبَلَ رَجُلٌ مِنْ الْمَدِينَةِ فَذَكَرَ مَعْنَاهُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yazid, telah menceritakan kepada kami 'Ashim bin Raja` bin Haiwah dari Katsir bin Qais ia berkata: 'Seseorang dari Madinah datang menemui Abu Darda`, ketika itu ia berada di Damaskus. Abu Darda` bertanya kepada orang tersebut, 'Wahai saudaraku, apa yang membawamu ke mari?. Orang tersebut menjawab; 'karena suatu hadits yang telah sampai kepadaku bahwa anda meriwayatkan hadits tersebut dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Abu Darda` berkata; 'apakah kedatanganmu untuk berniaga?. Orang tersebut menjawab; 'Tidak'. Abu Darda` bertanya lagi; 'Atau kedatanganmu untuk suatu keperluan?. Orang itu menjawab; 'Tidak'. Abu Darda` berkata; 'Apakah kedatanganmu hanya karena hendak mempelajari hadits ini?.' Orang itu menjawab, 'Ya'. Lalu Abu Darda` berkata; 'Ketahuilah bahwa aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan para malaikat akan mengayominya dengan sayap-sayap mereka karena ridla kepada penuntut ilmu, seluruh penduduk langit dan bumi bahkan ikan paus di lautpun akan memintakan ampun bagi seorang 'alim, keutamaan seorang 'alim dengan ahli ibadah bagaikan bulan dengan seluruh bintang-bintang, sesungguhnya para ulama' adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mereka hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambil ilmu tersebut, ia akan mendapatkan keuntungan besar." H.R. Ahmad/20723

Namun perlu diperhatikan, sebanyak ilmu yang kita tekuni janganlah seperti huruf ‘ain yang berdiri sendiri. Sehingga bisa saja semua ilmu itu akan membuat kita lupa diri. Jika kita perhatikan huruf ‘ain yang berdiri sendiri ia berbentuk seperti orang yang kekenyangan, seperti orang yang tidak memberi manfaat pada orang lain. Untuk itulah, huruf ‘ain harus menjadi penyambung pada huruf lam. 

Lam
Huruf lam memiliki bentuk tegak yang menjulang ke atas. Hal ini mengisyaratkan bahwa ilmu yang telah diperoleh manusia kemudia ia mengamalkannya, memberi manfaat kepada yang lain, niscaya ia kana memdapat kemuliaan (derajat) dari Allah SWT.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah, Ayat 11)

Lam yang berdiri sendiri memiliki sesuatu yang bisa saja menyakitkan. Layaknya kail/pancing yang jika mangsa menyentuhnya maka terlukalah bahkan bisa sampai merobek mulutnya. Maka dari itu, huruf lam harus menjadi penyambung pada mim. Sehingga mendapat keberkahan/manfaat pada huruf mim.

Mim
Pada umumnya bentuk mim memiliki bentuk akar yang menancap ke bawah. Layaknya akar yang mampu menerobos dalam tanah untuk dapat bertahan hidup dengan meraih sari pati tanah untuk konsumsinya sehingga pohon tersebut mampu berdiri tegak dan tidak mudah digoyahkan oleh angin.

Maksudnya, manusia yang telah memperoleh ilmu, haruslah menjadi manfaat dan kebaikan serta menjadi pertahanan dalam kehidupan bermasyarakat. Islam mengajarkan untuk saling mengenal dan menolong satu sama lain. Karena manusia adalah makhluk sosial. Sikap sosial manusia yang beriman dan berilmu dapat dilihat bagaimana ia bersedekah, melakukan zakat dan melakukan amal-amal sosial lainnya. Semua amalan itu pastinya mereka pelajari dari al-Qur'an dan al-Hadits.

Mari kita tingkatkan semangat belajar, semangat berkarya.
Semoga kita menjadi orang yang berilmu dengan dasar keimanan kepada Allah SWT. 
Wallahu a'lam bi al-shawab

Al-Faqiir: Hilmy Zaada Faidullah

DAFTAR PUSTAKA:
Al-Qur'an Al-Karim
Ensiklopedia Hadits
Tafsir Ibnu Katsir