Kamis, 02 Februari 2017

METODE-METODE PEMBELJARAN BAHASA ARAB (METODE THARIQOH, QIRA’AH ,METODE KOMUNIKATIF )

A.    Pembelajaran qira’ah

Kata Qiro’ah berasal dari akar kata qoro’a-yaqro’u, qiro’atan yang artinya membaca, bacaan. Secara bahasa kata ini berasal dari ayat pertama dari wahyu Al-Qur’an, yakni “iqro”. Kata “iqro” dalam ayat tersebut adalah “fiil amr” mengandung arti perintah untuk membaca. Perintah iqro’ ini dilanjutkan dengan kalimat berikutnya yakni bismirobbikalladzi kholaq, kholaqol insane min alaq. Yakni membaca dengan dasar atau kerangka “ismi rabb” (Allah sebagai Rabb). Makna iqro’/qiro’ah dalam ayat tersebut bukan sebatas harfiah yakni membaca suatu tulisan (saja), tetapi suatu perintah untuk membaca, meneliti, dan memahami. Sedangkan obyek yang harus dibaca adalah tentang manusia sebagai makhluk dan Allah sebagai kholiq (rabb). Jadi, perintah qiro’ah menurut ayat tersebut mengandung makna proses membaca, meneliti (mengkaji) dan memahami (mengenal) segalas sesuatu tanpa batas. (Syaiful gala. 2005. Hal 134).

Membaca termasuk keterampilan pokok dalam pembelajaran bahasa disamping keterampilan yang lain seperti mendengarkan, berbicara dan menulis. Dalam pembahasan ini penulis mengemukakan beberapa teknik pembelajaran membaca untuk pemula, tujuan pembelajaran membaca, ragam membaca, dan tema-tema lain yang berkaitan dengan pembelajaran membaca.

      B.     Metode Pembelajaran Membaca

                        Dalam pembelajaran membaca terdapat beberapa teori dan metode yang muncul dan berkembang. (Muhammad Ali Al-khuli. 2010 hal 107).

       1.      Metode Harfiyyah 

                                    Guru memulai pelajaran dengan mengajarkan huruf hija’iyyah satu persatu. Murid pun lambat dalam membaca, karena siswa cenderung membaca huruf per huruf daripada membaca kesatuan kata. 

       2.  Metode Sautiyyah

Dalam metode sautiyyah huruf diajarkan kepada siswa sebagai. Urutan pengajaran ini dimulai dengan mengajarkan huruf berharkat fathah seperti dan seterusnya, kemudian huruf berharkat dhammmah, selanjutnya huruf berharkat kasrah dan sukun. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran huruf berharkat fathatani tanwan. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran.

Diantara kelebihan metode ini adalah mengajarkan huruf dengan bunyinya bukan dengan namanya. Namun, demikian ada juga kekurangannya diantaranya bahwa metode ini terkadang menghambat kelancaran atau kecepatan membaca siswa, karena siswa terbisa membaca huruf hijaiyyah.

       3.      Metode Suku kata 

Dalam metode ini siswa terlebih dahulu belajar suku kata, kemudian mempelajari kata yang tersusun dari suku kata tersebut. Untuk mengajarkan suku kata harus didahului oleh pembelajaran huruf mad.

       4.      Metode Kata 

Metode kata ini memunyai landasan psikologis yang mengasumsikan bahwa siswa mengetahui hal-hal yang umum dulu, kemudian berkembang mengetahui bagian-bagian dari yang umum itu.

Dalam mengimplementasikan metode ini, guru memulai dengan menampilkan sebuah kata disertai dengan gambar yang sesuai jika kata itu mungkin digambar, kemudian guru mengucapkan kata itu beberapa kali dan diikuti siswa. Langkah selanjutnya guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan dibaca oleh siswa. Setelah siswa mampu membaca kata tersebut, baru kemudian guru menganalisa dan mengurai huruf-huruf yang terkandung dalam kata tadi. 

 Ø  Metode kata ini memiliki beberapa kelebihan

      a.       Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan visual manusia yang dimulai dari hal-hal umum

      b.      Membiasakan siswa berlatih membaca cepat

      c.       Siswa memulai membaca satuan kata yang mempunyai arti  

 Ø  Metode ini mempunyai kekurangan

      a.       Terkadang siswa lebih terfokus pada gambar daripada kata yang diajarkan

      b.      Terkadang siswa hanya menebak dan mengira kata berdasarkan gambar, bukan membaca yang sesungguhnya.
Jika kata yang diajarkan bentuknya sangat mirip, siswa terkadang mengacaukannya.

      5.      Metode Kalimat

Prosedur pembelajaran membaca dengan metode ini adalah dengan cara guru pertama kali menampilkan sebuah kalimat pendek di kartu atau di papan tulis, kemudian membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti oleh siswa.

Urutan metode kalimat ini adalah dari kalimat ke kata kemudian ke huruf.

Kelebihan metode kalimat ini adalah:

Ø  Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan dimulai dari hal-hal umum menuju bagian-bagian yang kecil

Ø  Metode ini mengedepankan satuan kalimat atau kata yang bermakna

Ø  Membiasakan siswa membaca satuan yang lebih besar dan memperluas pandangan

 

Kelemahan dari metode ini:

Ø  Sedikit banyak menguras tenaga guru dan membutuhkan guru yang terlatih, sementara ketersediaan guru professional dalam bidang pembelajaran bahasa arab bagi orang asing sangat terbatas.

 

6.      Metode Gabungan

Metode ini menggabungkan antara metode harfiyyah, sautiyyah, suku kata, Metode kata, metode kalimat.

·         Tujuan Qira’ah

Adapun tujuan Qira’ah adalah:

a.       Membaca dengan tujuan penelitian atau pengkajian.

b.      Membaca dengan tujuan membuat rangkuman atau kesimpulan.

c.       Membaca dengan tujuan memberi rangkuman.

d.      Membaca dengan tujuan refreshing dan memcari hiburan.

e.       Membaca dengan tujuan ibadah.

 

·         Kesulitan-kesulitan Qira’ah

Para pembelajar pemula  sering kali menghadapi beberapa kesulitan dalam membaca, diantaranya:

a.       Kesulitan bunyi atau pengucapan

b.      Perbedaan tulisan arab

c.       Lambat dalam membaca

d.      Membaca nyaring

e.       Kosa kata

 

·         Meningkatkan kemampuan membaca

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman siswa.

a.       Penggunaan kamus

b.      Menenal huruf za’idah

c.       Meningkatkan kecepatan membaca

d.      Menyusun alinea

 

·         Langkah-Langkah Pembelajaran denganMetode Qiroah

  1. Guru membacakan beberapa kalimat dan jumlah disertai penjelasan maknanya (dengan menggunakan gambar, isyarah, gerakan, peragaan, dll), Setelah siswa paham kemudian guru menggunakan kalimat atau jumlah dalam kominikasi praktis.
  2. Guru menyuruh siswa membuka buku dan membacakan kalimat dan jumlah sekali lagi dan meminta siswa untuk mengulang lagi.
  3. Siswa mengulangi kalimat dan jumlah secara bersama-sama, kemudian kelas dibagi dua atau tiga kelompok, setiap kelompok diminta untuk mengulang-ulang sampai akhirnya guru memilih siswa secara acak dan diikuti oleh siswa lainnya.
  4. Setelah siswa memahami kalimat dan jumlah, guru menampilkan teks sederhana dan menyuruh siswa membaca dalam hati dalam waktu yang cukup.
  5. Setelah guru merasa bahwa siswa secara umum telah selesai membaca guru meminta siswa menghadap ke depan dan membiarkan buku tetap terbuka.
  6. Sebaliknya guru tidak memberi toleran waktu bagi yang belum selesai dan membiarkan mereka mengulangi teks pada waktu tanya jawab. Ini mendorong siswa untuk membaca cepat.
  7. Guru mengajukan pertanyaan seputar teks dan buku tetap terbuka karena guru tidak menguji hafalan siswa serta guru mempersilakan siswa mencari jawaban dalam teks.
  8. Sebaiknya pertanyaan urut berdasarkan jawaban dalam teks sehingga dapat diketahui sampai batas mana.
  9. Hendaknya pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban pendek.
  10. Jika salah satu siswa tidak bisa menjawab pertanyaan hendaknya pertanyaan itu diberikan kepada siswa yang lain.
  11. Memotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan
  12. Sebaiknya guru mem berhentikan pertanyaan yang sekirannya membuat perhatian siswa melemah, waktu yang ideal untuk Tanya jawab sekitar 20 sampai 25 menit.
  13. Setelah itu siswa mengulangi lagi bacaan dengan membaca dalam hati, atau menyuruh siswa yang bagus bacaannya untuk membaca dengan keras dan ditirukan oleh siswa yang lainnya.
  14. Terakhir mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang jawabannya ada dalam teks untuk dijawab oleh teman-temannya.

C.  Metode Pembelajaran Komunikatif

1. Hakikat Metode Komunikatif

            Metode ini merupakan modifikasi dari metode Gramatika-Terjemah yang menekankan unsur penjelasan dan pemahaman secara komunikatif. Metode komunikatif didasarkan atas asumsi bahwa setiap manusia memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan ”alat pemerolehan bahasa”. Oleh karena itu kemampuan berbahasa bersifat kreatif dan lebih ditentukan oleh faktor internal. Oleh karena itu relevansi dan efektifitas kegiatan pembiasaan dengan metode latihan stimulus-respense-inforcement dipersoalkan.

           

            Richards dan Rodgers (1986) mendeksripsikan Pengajaran Bahasa Komunikatif (CLT) sebagai suatu pendekatan ketimbang suatu metode, karena ia didefinisikan dalam istilah-istilah yang luas dan medan mewakili suatu filosofi pengajaran yang didasarkan pada penggunaan bahasa yang komunikatif.

           

            Asumsi yang lain ialah bahwa belajar bahasa kedua dan bahasa asing sama seperti belajar bahasa pertama, yaitu berangkat dari kebutuhan dan minat pelajar. Oleh karena itu analisis kebutuhan pelajar merupakan landasan dalam pengembangan materi pelajaran.prinsip pendekatan komunikatif  yakni pemerolehan bahasa pada siswa secara verbal (informasi verbal). Siswa telah belajar informasi verbal apabila ia mengingat kembali informasi itu. Indikator yang biasanya dipakai untuk kapabilitas ini berupa : menyebutkan atau menuliskan informasi seperti nama, kalimat, alasan, argumen, proporsi, atau seperangkat proposisi yang terkait.

 

2. Karakteristik Metode Komunikatif

            Kelahiran pendekatan komunikatif (PK) merupakan hasil dari sejumlah kajian tentang pemerolehan bahasa (iktisab al-lugah) dan berbagai penelitian mengenai metode pengajaran bahasa di Eropa dan Amerika pada tahun 70-a

Beberapa karakteristik dalam metode komunikatif :

  1. Tujuan pengajarannya ialah mengembangkan kompetensi pelajar berkomunikasi dengan bahasa target dalam konteks komunikatif yang sesungguhnya atau dalam situasi hidup yang nyata. Tujuan PK tidak ditekankan pada penguasaan gramatika atau kemampuan membuat kalimat gramatikal, melainkan pada kemampuan memproduk ujaran yang sesuai konteks.
  2. Salah satu konsep yang mendasar dari PK adalah kebermaknaan dari setiap bentuk bahasa yang dipelajari dan keterkaitan bentuk , ragam, dan makna bahasa dengan situsi dan konteks berbahasa itu :
  3. Dalam proses belajar-mengajar, siswa bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif dalam aktifitas komunikatif yang sesungguhnya. Sedangkan pengajar memprakarsai dan merancang berbagai pola interaksi antar siswa, dan berperan sebagai fasilitator.
  4. Aktifitas dalam kelas diwarnai secara nyata dan dominan oleh kegiatan-kegiatan komunikatif, bukan dril-dril manipulatif dan peniruan-peniruan tanpa makna (Tadrib babgha :’iy).
  5. Penggunaan bahasa ibu dalam kelas tidak dilarang tetapi diminimalkan.
  6. Dalam PK,kesilapan siswa ditoleransi untuk mendororng keberanian siswa berkomunikasi.
  7. Evaluasi dalam PK ditekankan pada kemampuan menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata, bukan penguasaan struktur bahasa gramatika.
  8. Urutan materi pelajaran ditentukan oleh isi, fungsi, dan atau makna yang akan memelihara minat siswa.

3. Kompetensi Komunikatif (KK)

a. Pengertian KK

            Kompetensi komunikatif adalah suatu penekanan pada kefasihan dan penggunaan bahasa yang berterima, merupakan tujuan pembelajaran. Akurasi (ketepatan) tidak diukur secara abstrak, tetapi dalam konteks.Secara ringkas Hymes (1972), menyebut empat faktor yang membangun dan menjadi ciri penanda PK, yaitu  kegramatikalan, keberterimaan, keterlaksanaan. Brown (1987) memaknai kompetensi komunikatif sebagai kompetensi yang memungkinkan seseorang untuk meneruskan pesan, menafsirkannya, dan memberinya makna dalam interaksi antar individu dalam konteks yang spesifik. Dengan kata lain, seseorang dapat dikatakan memiliki kompetensi komunikatif hanya apabila ia dapat menggunakan bahasa dengan ragam yang tepat menurut situasi dan hubungan pembicara dan pendengar.

b. Karakteristik KK

            Savignon (1983) menyebutkan lima karakteristik KK, yang diringkaskan sebagai berikut:

  1. KK bersifat dinamis, tergantung kepada negosiasi makna antara dua penutur atau lebih yang sama-sama mengenal pemakaian bahasa. KK dengan demikian lebih bersifat interpersonal daripada intrapersonal.
  2. KK berlaku untuk bahasa lisan, bahasa tulis, dan berbagai sistem simbol lainnya.
  3. KK bersifat kontekstual. Karena komunikasiterjadi pada berbagai situasi, maka pemakai bahasa harus memilih ragam dan gaya bahasa yang sesuai dengan situasi dan lawan bicara yang dihadapinya.
  4. berkaitan dengan teori yang membedakan antara kompetensi dan performansi, kompetensi adalah apa yang diketahui sedangkan performansi adalah apa yang dilakukan. Dengan demikian, hanya performansi yang bisa diamati, dikembangkan, dipertahankan, dan dievaluasi.
  5. KK bersifatrelatif, tidak absolut, dan tergantung pada kerjasama di antara partisipan yang terlibat.

            Penulis melihat bahwasannya kompetensi strategis sangat mempengaruhi daripada metode komunikatif. Kompetensi strategis adalah kemampuan menguasai strategi komunikasi verbal dan non-verbal, untuk keperluan :

  1. Mengatasi kemacetan komunikasi yang terjadi karena kondisi tertentu, misalnya keterbatasan kosakata atau gramatika
  2. Meningkatkan efektivitas komunikasi

Strategi para frase, misalnya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan mengenai kterbatasan kosa kata. Strategi memperlambat atau memperlunak ujaran bisa digunakan untuk memberikan efek retoris.

 

D. Prinsip-prinsip Metode Komunikatif.

            Ricard dan Rodgers (1986) menyatakan bahwa walaupun  Pengajaran Bahasa Komunikatif (CLT)  tidak menuntut suatu teori khusus dari pembelajaran bahasa sebagai dasarnya, terdapat berbagai premis toritis yang dapat di deduksi mengenai pendekatan ini :

  1. Prinsip Komunikasi : aktivitas yang mencakup komunikasi dapat meningkatkan pembelajaran bahasa.
  2. Prinsip Tugas : aktivitas yang mencakup pelaksanaan tugas-tugas dunia nyata dapat meningkatkan pembelajaran bahasa.
  3. Prinsip Penuh Makna : siswa harus disibukkan dalam penggunaan bahasa penuh makna dan autentik.

E. Aplikasi Metode Komunikatif

            Aplikasi metode komunikatif yang akan penulis sajikan berupa penerapan metode komunikatif dalam silabus, langkah-langkah penyajian.

a. Penerapan metode komunikatif dalam silabus

            Di dalam KTSP bahasa Arab MTS terdapat rumusan Standar Kompetensi(SK) dan (KD) untuk keempat keterampilan bahasa. Dalam satu tahun ada dua tema, oleh karena itu rumusan SK dan KD dibuat per semester. Pada Kompetensi belajar mengajar ditekankan pada aktif berkomunikasi dan diskusi.

b. Langkah-langkah penyajian

            Salah satu prosedur proses belajar mengajar dalam PK dilukiskan oleh Finochiaro dan Brumfit sebagai berikut :

1)      Dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang fungsi-fungsi ungkapan dalam dialog itu dan situasi di mana dialog itu mungkin terjadi.

2)      Latihan mengucapkan kalimat-kalimat pokok secara perorangan, kelompok atau klasikal.

3)      Pertanyaan diajukan tentang isi dan situasi dalam dialog itu, dilanjutkan pertanyaan serupa tetapi langsung mengenai situasi masing-masing pelajar. Di sini kegiatan komunikatif yang sebenarnya telah dimulai.

4)      Siswa membahas ungkapan-ungkapan komunikatif dalam dialog

5)      Siswa diharapkan menarik sendiri kesimpulan tentang aturan tata bahasa yang termuat dalam dialog. Guru memfasilitasi dan meluruskan apabila terjadi kesalahan dan penyimpulan

6)      Pelajar melakukan kegiatan menafsirkan dan menyatakan suatu maksud dari latihan komunikasi yang lebih bebas dan tidak sepenuhnya berstruktur.

7)      Pengajar melakukan evaluasi dengan mengambil sampel dari penampilan pelajar dalam kegiatan komunikasi bebas.