االْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَفَضَّلَهُ عَلَى
كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ بِالْإِنْعَامِ وَالتَّكْرِيْمِ، فَإِنِ اسْتَقَامَ عَلى
طَاعَةِ اللهِ اسْتَمَرَّ لَهُ هذَا التَّفْضِيْلُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ،
وَإِلاَّ رُدَّ فِي الْهَوَانِ وَالْعَذَابِ الْأَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَهُوَ الْخَلاَّقُ الْعَلِيْمِ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهِدَ لَهُ رَبُّهُ
بِقَوْلِهِ: {وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمِ} صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ سَارُوْا عَلَى النَّهْجِ القَوِيْمِ وَالصِّرَاطِ
المُسْتَقِيْمِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا . يَا
أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ . أَمَّا بَعْدُ؛
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah menciptakan manusia dalam sebaik-sebaik bentuk dan melebihkannya dengan
berbagai keutamaan dari makhluk lainnya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada
sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah Subhanahu wa
Ta’ala, serta saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah Subhanahu wa Ta’ala
curahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh
kaum muslimin yang senantiasa berjalan di atas petunjuknya.
Jama’ah
jum’ah rahimakumullah,
وَلَـئِن سَـاَلـتَـهُـمْ مَـنْ
خَـلَـقَ السَّـمـوَاتِ وَالاَرْضَ وَسَـخَّرَ الشَّـمْسَ وَالـقَـمَـرَ
لَـيَـقُـولُـنَّ الله فَـاَنى بُـؤفَـكُــونَ
“Dan
sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menjadikan langit
dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?’ Tentu mereka akan menjawab,
‘Allah’. Maka betapakah mereka dapat dipalingkan dari jalan yang benar” (QS
Al-Ankabut: 61).
Sebagai seorang muslim,
kita selalu diarahkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah agar senantiasa meningkatkan
makrifat atau pengenalan diri kita kepada Dzat Pemelihara alam semesta, Allah
swt. Bermakrifat kepada Allah merupakan salah satu bagian dari ibadah /yang paling mulia dan luhur bagi setiap muslim. Mengenal Allah dengan
makrifat yang sempurna merupakan pondasi yang teramat kokoh bagi seluruh
keyakinan dan kehidupan rohani seseorang.
Dan
jangan sekali-kali kita merasa cukup dengan pemahaman dan pengenalan kita
terhadap Allah. Karena, semakin memahami dan mengenaliNya kita merasa semakin
dekat denganNya. Selain itu, dengan pengenalan yang lebih dalam lagi, kita bisa
terhindar dari pemahaman-pemahaman yang keliru tentang Allah dan kita terhindar
dari sikap-sikap yang salah terhadap Allah.
Ketika kita membicarakan makrifatullah, maknanya kita
berbicara tentang Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari
istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik,
Pemelihara dan Penguasa. Kata Ilah mengandung arti yang dicintai, yang
ditakuti, dan juga sebagai sumber pengharapan. Makna seperti ini ada di dalam
surat An-Naas (114): 1-3.
قُلۡ
أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ١ مَلِكِ
ٱلنَّاسِ ٢ إِلَٰهِ
ٱلنَّاسِ ٣
Katakanlah:
"Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Sembahan manusia”
Dengan
demikian jelaslah bahwa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan mengenal Allah
adalah bagian terpenting di dalam hidup ini. Lantas, bagaimana metoda yang
harus kita tempuh untuk bisa mengenal Allah? Apa saja halangan yang senantiasa
menghantui manusia dari mengenalNya? Benarkan kalimat yang mengatakan,
Kenalilah dirimu niscaya engkau akan mengenali Tuhanmu. Dari pengenalan diri
sendiri, maka ia akan membawa kepada pengenalan (makrifah) yang menciptakan
diri, yaitu Allah. Ini adalah karena pada hakikatnya makrifah kepada Allah
adalah sebenar-benar makrifah dan merupakan asas segala kehidupan rohani.
Setelah
makrifah kepada Allah, akan membawa kita kepada makrifah kepada Nabi dan Rasul,
makrifah kepada alam nyata dan alam ghaib dan makrifah kepada alam akhirat.
Jamaah jum’ah rahimakumullah,
Dalam
Islam, orang-orang yang “berani” melanggar ketentuan Allah, apakah itu shalat,
puasa, atau zakat, dalam beberapa kasus hal itu disebabkan lantaran mereka
belum ma’rifah kepada Allah dalam arti sesungguhnya. Ini mirip dengan kisah
orang-orang kafir Quraisy pada masa Rasulullah Saw. yang apabila ditanyakan
kepada mereka siapa yang menurunkan hujan dari langit dan yang menumbuhkan
pepohonan dari bumi, mereka akan menjawab Allah. Tapi, bila mereka
diperintahkan untuk meng-Esa-kan Allah dan menjauhi penyembahan berhala, mereka
akan mengatakan bahwa penyembahan berhala yang mereka lakukan adalah warisan budaya
leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan.
فَـاعـْلَـمْ اَنــَّـه لاَاِلــهَ اِلاَّ اللهُ وَاسْـتَـغْـفِـرْ
لِـذَنـبِـكَ وَلِـلمُـؤمِـنِـيْنَ وَالمــُؤمِـنتِ وَاللهُ يَـعْـلَـمُ
مُـتَـقَـبَّـلَـكُـمْ وَمَـثْوـكُـمْ
“Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah melainkan Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.
Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tempat tinggalmu” (QS
Muhammad: 19).
Dalam
ayat ini, Allah Swt. menggunakan fi’il amr (kata kerja perintah) yang berarti
wajib setiap Muslim untuk ma’rifah kepada Allah.
Mari
kita resapi sebuah teladan tentang ma’rifatullah seorang anak manusia. Ketika
menuruni sebuah lembah, Umar bin Khaththab yang ditemani salah seorang
sahabatnya bertemu dengan seorang anak yang tengah menggembalakan ratusan ekor
kambing milik tuannya. Umar ingin menguji ma’rifatullah anak tersebut dengan
medesaknya agar mau menjual seekor saja dari kambing gembalaannya. “Juallah
kepadaku salah seekor kambing yang engkau gembalakan itu,” pinta Umar. “Aku
tidak berhak menjualnya, karena kambing-kambing itu milik tuanku,” jawab si
penggembala. “Katakan saja pada tuanmu bahwa salah seekor kambing hilang
diterkam srigala,” uji Umar. Dengan tegas si penggembala berkata, “Aku bisa
saja mengatakan salah seekor kambing milik tuanku hilang atau mati diterkam
srigala. Mungkin ia akan mempercayai alasanku, tapi bagaimana dengan Allah?
Bukankah Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui?” Mendengar jawaban itu, Umar
menangis terharu. Lalu beliau membebaskan penggembala itu dengan cara
menebusnya.
Seperti
itulah seharusnya orang yang mengaku ma’rifah kepada Allah.
Imam
Ghazali menyatakan bahwa ma’rifah adalah sebuah tingkatan kecerdasan, yaitu
mengumpulkan dua atau lebih informasi untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Dan
dari kesimpulan itulah muncul tindakan atau sikap. Bukan ma’rifah namanya bila
apa yang diketahuinya tidak menghasilkan tindakan. Seseorang yang mengaku
mengenal Allah, tapi tidak menghasilkan ketundukkan, ketaatan, loyalitas, dan
penghambaan kepada Allah, sesungguhnya dia berlum ma’rifah kepada Allah.
Perhatikanlah!
Orang yang ma’rifah kepada Allah meyakini bahwa setiap gerak langkahnya,
ucapannya, dan getaran hatinya selalu diawasi oleh Allah, karena Allah Maha
Melihat dan Maha Mengawasi. Semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di
malam kelam tak luput dari pengawasan-Nya. Sehelai daun kering yang jatuh dari
pohonnya di tengah hutan belantara tak lepas dari perhitungan-Nya. Sebutir debu
yang diterbangkan angin di tengah padang pasir yang luas ada dalam kuasa-Nya.
Deburan ombak di tengah samudera ada dalam genggaman-Nya.
هُـوَ الَّذِيْ خَـلَـقَ السَّـمَـوَاتِ وَالاَرْضَ فِيْ سِـتَـةِ
اَيــَّامٍ ثُـمَّ اسْـتَـوَى عَـلَى الاَرش يَـعْـلَـمُ مَـا يَـلِـجُ فِـى
الاَرضِ وَمَـا يَـخْـرُجُ مِـنهَـا وَمَـا يَـنْـزِلُ مِـنَ السَّـمَـآءِ وَمـَا
يَـعْـرُجُ فِـيْـهَـا وَهُـوَ مَـعَـكُـمْ اَيـنَ مَـا كُـنـتُـمْ وَاللهُ ِبمَـا
تَـعْـمَـلُونَ بَصِيرٌ
“Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di
atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan segala apa yang
keluar daripadanya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepadannya. Dan Dia besamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat
apa kamu kerjakan” (QS Al-Hadid: 4).
Jamaah jum’ah rahimakumullah,
Ma’rifatullah
semestinya melahirkan rasa cinta dan ketergantungan kepada Allah. Ma’rifatullah
seharusnya memunculkan berbagai macam harapan, kiranya Allah mempertahankan dan
menambah semua nikmat dan karunia yang telah Ia berikan.
Ma’rifah
kepada Allah dapat kita lakukan dengan cara memikirkan dan menganilisis semua
ciptaan Allah di jagat raya ini. Rasulullah Saw. bersabda,
تَـفَـكَّـرُوا
فِى الخَــلْـقِ اللهِ وَلاَ تَـفَـكَّـرُوا فِـى ذَاتِ اللهِ
“Pikirkanlah
ciptaan-ciptaan Allah, dan jangan pikirkan tentang Dzat Allah.”
Al-Qur`an
banyak mendorong kita untuk mendayagunakan potensi akal kita untuk mengenal
Allah.
سَنُـرِيـهِـمْ
ايـتِـنَـا فِـى الافَـاقِ وَفِـى اَنـفُـسِـهِـمْ حَـتَّى يَـتَـبَـيَّـنَ
لَـهُـمْ اَنــَّهُ الحــَقُّ اَوَلَـمْ يَـكْفِ بِـرَبِّكَ اَنــَّهُ عَـلَى
كُـلِّ شَـيْـئٍ شَـهِـيْـدٌ
“Kami
telah memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu
adalah benar. Dan apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu?” (QS Fushshilat: 53).
Sementara
itu, kebodohan (jahl), kesombongan (takabbur), penyimpangan, dan kezaliman
adalah penyakit-penyakit yang dapat menghambat seseorang untuk ma’rifah kepada
Allah. Jauhilah sifat-sifat tersebut. Semoga Allah menjernihkan hati dan
pikiran kita dan menjauhkan diri kita dari penyakit-penyakit yang dapat
menghambat proses ma’rifah kita kepada Allah. Wallahu a’lam bishshawab.
Khutbah 2
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتًهْدِيْهِ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ .وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ
رَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ سَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ؛
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ
الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ .رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآإِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا
وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآإِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا
رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ
عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
.وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَقِمِ الصَّلاَةَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar